Langsung ke konten utama

Terbitnya Fajar Bagi Sang Semesta

Ketika alam semesta berumur sekitar 150 juta tahun, kala itu alam semesta masih berada dalam zaman kegelapan. Waktu ketika alam semesta masih gelap gulita dan sebelum terbentuknya bintang-bintang.

Alam semesta kala ini masih diisi oleh materi berupa awan gas, yang tersusun dari hidrogen dan helium. Awan gas ini tidak tersebar secara merata, ada berbagai wilayah dimana kerapatannya lebih besar daripada wilayah lainnya. 

Matter Distribution in The Universe
Simulasi Distribusi Materi di Alam Semesta

Seiring dengan berjalannya waktu dan pengembangan alam semesta, gas-gas yang mengisi di wilayah yang kurang rapat akan tertarik ke wilayah yang lebih rapat akibat gravitasi, menyebabkan wilayah ini semakin kurang rapat.

Sedangkan gas-gas di wilayah yang lebih rapat akan saling tarik-menarik dan terkumpul secara perlahan. Hal ini terjadi di segala penjuru semesta.

Gumpalan gas ini mulai memanas seiring dengan kerapatanya makin besar. Akibatnya gas-gas ini mengalami Reionisasi, yaitu proses terlepasnya elektron-elektron dari atom dan meninggalkan inti atom yang bermuatan positif.

Gaya gravitasi yang begitu kuat dari gumpalan gas yang sangat masif ini mampu mengalahkan tekanan gas yang semakin besar akibat pemanasan. Dan juga gaya tolak-menolak (gaya elektromagnetik) antara inti-inti atom yang bemuatan positif.

Karena gravitasi, lama kelamaan gas-gas yang semakin memanas ini membentuk stuktur bulat yang berotasi yang disebut sebagai Proto-bintang. Suhunya bisa mencapai 2000 sampai 3000 Kelvin.

Namun suhu ini masih belum cukup untuk melakukan reaksi termonuklir. Fase proto-bintang ini bisa berlangsung selama 100 ribu sampai 10 juta tahun tergantung pada massa dan ukuran bintang yang terbentuk.

Protostar HOPS 383
Gambar Inframerah dari Proto-bintang HOPS 383 di Nebula Orion
KreditNASA/JPL-Caltech/Univ. of Toledo; E. Safron et al.

Seiring waktu suhu dalam proto-bintang semakin tinggi. Ketika mencapai 10 juta Kelvin, inti atom yang memiliki energi kinetik yang begitu tinggi saling. Akibatnya terjadilah reaksi termonuklir (reaksi fusi).

Reaksi fusi terjadi antara inti-inti atom dan membentuk inti baru yang lebih berat dengan jumlah nukleon yang lebih banyak, proses ini disebut dengan Nukleosistesis.

Terbentuklah bintang sejati yang mampu melakukan reaksi termonuklir. Proses pembentukan bintang ini bisa berlangsung selama lebih dari 10 juta tahun sejak awan gas mulai mengumpul.

Reaksi fusi nuklir di dalam bintang yang baru terbentuk menghasilkan radiasi dengan energi tinggi. Radiasi ini menyebabkan bintang bersinar dan menghasilkan tekanan yang begitu besar ke arah luar yang mampu melawan gaya gravitasi. 

Akibatnya bintang agak mengembang sedikit lalu mencapai kesetimbangan hidrostatik.

Star Hydrostatic Equilibrium
Kesetimbangan Hidrostatik pada Bintang

Bintang berada pada kesetimbangan hidrostatik yang mencegah bintang berhaburan ke arah luar karena tekanan gas dan radiasi serta mencegah bintang runtuh akibat gravitasinya sendiri.

Bintang pada awalnya menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya dan membentuk helium. Proses ini berlangsung selama jutaan bahkan miliyaran tahun sampai jumlah hidrogen habis. 

Mendekati akhir hayatnya bintang akan menggunakan helium dan membentuk inti atom yang lebih berat seperti karbon, oksigen, silikon, dan besi.

Bintang-bintang yang terbentuk pertama kali di alam semesta merupakan bintang generasi pertama yang juga termasuk ke dalam kelompok bintang populasi III. 

Bintang populasi III ini diduga memiliki ciri yang umumnya berukuran raksasa, dengan umur yang sangat tua (lebih dekat ke big bing daripada saat ini) dan mengandung sangat sedikit unsur logam dibanding dengan populasi lainnya.

Keberadaan bintang populasi III sampai saat ini belum terobservasi secara langsung. Kemungkinan karena bintang-bintang ini telah mati jauh sebelum terbentuknya matahari dan tata surya.

Bintang paling tua yang ditemukan sampai saat ini adalah HD 140283 atau Bintang Methuselah. Bintang ini telah berusia 12 miliyar tahun yang merupakan bintang populasi II. Bintang populasi II mempunyai kadar logam yang rendah.

Sedangkan bintang populasi I memiliki kadar logam tertinggi diantara populasi lainnya dan relatif berusia lebih muda. Matahari kita merupakan bintang populasi I yang baru berusia 4,6 miliyar tahun.

Saat ini pembentukan bintang masih terus terjadi. Bintang-bintang ini terbentuk di Nebula, yaitu awan raksasa yang terdiri dari gas dan debu. Nebula tersebar di seluruh galaksi dan sebagian nebula ini juga terbentuk oleh sisa-sisa materi dari bintang yang telah mati.

"Habis gelap terbitlah terang", itulah yang terjadi dalam riwayat alam semesta. Terbentuknya bintang-bintang mengakhiri zaman kegelapan dan mulai terbitnya fajar bagi sang semesta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bintang Katai Merah

Bintang katai merah   ( red dwarf)  adalah tipe bintang yang memiliki massa antara 0,08 sampai 0,5 kali massa matahari. Sesuai namanya bintang katai merah ini berwarna merah dan memiliki ukuran yang terbilang kecil di antara bintang-bintang yang aktif di jagat raya. Dibandingkan dengan bintang lain, katai merah  mempunyai suhu dan kecerahan yang sangat rendah. Ini menyebabkan cahayanya tampak sangat redup. Sebagai perbandingan, kecerahan katai merah antara 0,0001 sampai 0,1 kali kecerahan matahari. Dengan suhu permukaan sekitar 2500-3500 Kelvin. Saking redupnya, ia bahkan tidak terlihat oleh mata telanjang pada langit malam, untuk bisa dilihat kita butuh bantuan teleskop. Proxima Centauri merupakan contoh bintang katai merah yang juga bintang terdekat dengan matahari. Berjarak sejauh 4,2 tahun cahaya dari bumi. Proxima Centauri Dilihat dari Teleskop Hubble Kredit : NASA, ESA, STScl (K. Sahu, J. Anderson, H.Bond), M.Dominik Sumber  :  hubblesite.org Bintang-binta...

Riwayat Singkat Sang Semesta - Bagian I

Anda mungkin familiar dengan Teori Big Bang, jika anda merasa kurang familiar, saya sarankan untuk membaca artikel berikut :  Miskonsepsi Tentang Teori Big Bang . Teori Big Bang menjelaskan bahwa alam semesta berawal dari suatu keadaan dimana semua energi dan materi termampatkan dengan kepadatan dan temperatur tak hingga dalam ukuran suatu titik yang disebut sebagai singularitas, yang sejak 13,8 miliar tahun yang lalu mulai berekspansi dan seketika dengan laju yang sangat cepat.  Ekspansi masih terus terjadi, tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat hingga saat ini. Dan terbentuklah alam semesta seperti yang kita lihat hari ini. Namun kita tidak benar benar mengetahui apa yang terjadi pada masa paling awal alam semesta.  Di singularitas hukum-hukum fisika yang kita kenal saat ini bakal buyar. Keberadaan singularitas itu sendiri merupakan hasil prediksi matematis berdasarkan Teori Relativitas Umum,  tidak menyangakut aspek mekanika kuantum seperti Prinsip Ketida...